TAWON KELAPA (Oryctes rhinocherus L.)

Taksonomi 
Sistematika kumbang kelapa buat Kalshoven (1981) ialah sbb:

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.

Daerah Sebarannya
Menurut Bedford (1980), O. Rhinoceros yakni hama endemik bagi negara pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam, malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini rasanya menyusup asal malaysia kepada thn 1895. hama ini menyamarlewat introduksi tumbuhan kelapa semenjak pasifik dan samudra hindia ke negara produksi kopra di Asia Tenggara. buat thn 1909 semenjak samoa barat ke Kepulauan Hawai. tatkala perang jurusan II perpindahan hama ini menaik luas sesudah adanya pesawat membubung antar tanah. lebah ini masik ke Keplauan Palau thn 1942, dulu ke Australia selanjutnya ke Irian Barat. melainkan menjelang Mo (1957) bahwa penyebaran hama ini memayungi semua Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya.

Biologi
Oryctes rhinoceros L. yaitu serangga yg menggondol transisi autentik yg melintasi stadia telur, bernga, pupa, dan imago (Suhadirman 1996).

Telur
Mo (1957) dan Anonim (1989), mengatakan bahwa telur serangga ini berarna putih, wujudnya mula-mula oval, selanjutnya utuh dgn diameter langka plus 3 mili meter. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga wanita untuk area yg apik dan aman contohnya( dekat tumbuhan kelapa yg melapuk), sesudah 2 pekan telur-telur ini menetas.
Rata-rata fekunditas seekor serangga putri berkisar antara 49-61 bagian telur, melainkan di Australia berkisar 51 zat telur, justru sanggup menggabai 70 komponen (Bedford, 1980).
Stadium telur berkisar antara 11-13 hri, umumnya 12 hri (Khalshoven, 1981). sebaliknya kepada suhadirman (1996), telur-telur menetas sesudah 12 hri.




Larva
Larva yg baru menetas beragam putih dan sesudah gemuk berona putih kekuningan, ragam bidang ekornya agak liar dgn panjang 7-10 centimeter. belatung deasa bertakaranpanjang 12 mili meter dgn sirah beragam merah kecoklatan. badan bidang buntut ekstra akbar bermula bidang depan. kepada tekstur badan belatung terpendam bulu-bulu pendek dan buat sektor belakang bulu-bulu tertulis berkembang ekstra percakapan. tingkat ulat 4-5 bln ( Suhadirman, 1996), lebihlebih adapula yg menggerapai 2-4 bln lamanya (Nayar, 1976). tingkat bernga terdiri bersumber 3 instar adalah instar I sewaktu 11-21 hri, instar II selagi 12-21 hri dan instar III tatkala 60-165 hri (Berdford,1980).

Pupa 
Ukuran pupa ekstra mungil bersumber larvanya, kerdil, bercula dan bercorak merah kecoklatan dgn panjang 5-8 senti meter yg terbungkus kokon permulaan negara yg beragamkuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase:
Fase I : tatkala 1 bln, yaitu perselisihan wujud awal belatung ke pupa.
Fase II : Lamanya 3 pekan, yaitu perselisihan wujud asal pupa jadi imago, dan pula bertahan dekat kokon (Suhadirman, 1996).

Imago
Kumbang ini bercorak sintetis hingga hitam, se besar isi buah durian, cembung bagi sektor punggung dan bersisi betul, bagi bidang sirah terselip tunggal sundul dan tedapat cekungan dangkal guna kualitas punggung ruas dibelakang sirah (Anonim, 1980).
Menurut Mo (1975), lebah O.rhinoceros bagi bidang atas bermotif hitam mengkilat, sektor lembah coklat merah lanjut usia. Panjangnya 3-5 centi meter. sundul lebah jago ekstrapanjang bersumber sundul wanita. terhadap lebah cewek terselip bulu yg berkembang bagi kesudahan abdomennya, padahal guna tawon jago bulu-bulu terselip nyaris takditemukan.
Kumbang gendut menganaktirikan kokon terhadap tengah malam hri dan melangit ke atas tumbuhan kelapa, seterusnya menyelinap kedalam akhir dan menghasilkan lubang sampai menembus dasar pelepah daun bujang hingga di semula akhir dan masih untuk lubang ini selagi 5-10 hri. jika senja hri, tawon buncit melelah pasangan dan setelah itukawin (Suhadirman, 1996).
Bedford (1980), mengatakan bahwa percobaan laboratorium memperlihatkan bahwa putri berusia 3 pekan dan jago berusia 5 pekan bisa kelar kawin, lepas landas dan makan terpenting. misalnya peletakkan telur sanggup berlangsung sebelum lebah ke luar bermula sarang di mana ulat itu berkembang.
Siklus pandangan hidup O. Rhinoceros di negara pantai Padang berkisar antara 3,5-6,5 bln dan di Bogor menggerapai 8 bln lamanya terhadap ketinggian 236 m dpl (Mo, 1957). sekalipun di Australia memperlihatkan bahwa jago sanggup pandangan hidup sampai 6,4 bln dan putri 9,1 bln lamanya malahan di India biasanya uzur pandangan hidup 4,7 bln, namun cuaca yg tak memberi dukungan atau makanan yg tak sesuai mampu menekan runtunan hama ini sampai 14 bln (Bedford, 1980).




Ekologi
Semua makhluk pandangan hidup dekat kiat pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sbg perihal, bagus elemen luar ataupun semenjak dekat: cuaca, udu wajar, makanan dan gerakan orang yaitu perihal luar yg meninggalkan pengaruh bagi kehidupan serangga hama (Suprapto,1978).
Lingkungan yg sesuai untuk sebuah serangga buat pandangan hidup dan tumbuh tumbuh menyungkup sekian banyak unsur antara tak makanan, cuaca, organisme mulai sejakjenis yg identik ataupun yg berlainan ruangan di mana dirinya pandangan hidup ( faedah, 1993).
Perkembangan bernga ini dipengaruhi oleh udara dan kondisi nutrisi makanan. Pengaruh faktor-faktor ini yakni buat takaran ulat dan dikala yg digunakan guna mematangkan ulat. Faktor-faktor fisik yg dipengaruhi runtunan belatung lebah ini adalah temperatur, kelembaban, juga intensitas binar. ulat persahabatan kepada amonia dan aseton, sebaliknya menghindari asam asetat (Anonim,1980).
Dalam penyigian berkaitan pemeriksaan fisiologi, seperti hawa, ulat O. Rhinoceros terpukau bagi temperatur 27-29 C dan menghindari hawa yg plus kekurangan. Tingkah laku bernga didominasi oleh factor sinar, bernga berjerih payah dipengaruhi oleh sinar yg unjuk dengan cara tiba-tiba. Di sektor natural, kalau bernga ditempatkan kepada kualitasmedium perkembangbiakan ulat bakal serentak berikhtiar terjun menjauhi sinar, ulat berbisnis memperturutkan phototaktis negatif, jangan-jangan perihal ini ialah interpretasiguna mengungsi alamat pemangsa. ulat terpesona bagi kelembaban yg nista (85-95%) daripada kelembaban tinggi. prosedur ini bisa berlangsung satu atau integrasi buatmengomeli bernga ke luar permulaan keadaan tempat yg tak komersial buat pertumbuhan atau rangking (Bedford, 1980). 

Tanaman Inang
Tanaman yg di serang oleh O. Rhinocheros ialah kelapa alami, kelapa sawit, konsumtif palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia) (Bedford, 1980), tidak hanya itu sanggup terus sosor pohon sagu, tebu, nenas dan tumbuhan aloe (Nayar, 1976).
Lebih lanjut Bedford (1980) menyuarakan, bahwa O. Rhinoceros sosor tumbuhan kelapa yg pula bujang ataupun yg telah gede. tunggal serangan bisa jadi melaju serangan berikutnya. tumbuhan tertentu ekstra tidak jarang di serang. tumbuhan yg identik bisa di serang oleh wahid atau plus lebah sebaliknya pohon di dekatnya gaya-gayanya takdiserbu. Ditambah terus oleh Nayar (1976), bahwa pada wahid pohon sering-sering ditemukan antara 5sampai 6 buntut kumbang.
Kumbang gendut mengangkasa ke ucuk bagi tengah malam hri, dan sejak mulai berbisnis ke bidang pada lewat salah wahid ketiak pelepah bidang atas puncak. rata-rata ketiak pelepah ke-3, keempat, kelima asal penghujung yakni lokasi menyamar yg paling disukai. sesudah lebah menggerek kedalam batang pohon, tawon dapat menyantap pelepah daun gampang yg kembali tumbuh. sebab lebah memamah daun yg pun terlipat, sehingga seken gigitan dapat mempersiapkan daun seolah-olah tergunting yg baru terang tampaksesudah daun mengakses. wujud guntingan ini ialah keunikan khusus serangan tawon kelapa Oryctes (Anonim, 1989).
Lebih lanjut Suhadirman (1996), mengatakan bahwa jikalau serangan hingga merusak noktah berkembang sehingga kelapa tak sanggup menempa daun baru pun yg hasilnyaterkatup. nanah remunerasi serangan O. Rhinoceros mendatangkan terjadinya serangan sekunder permulaan lebah sagu (Rhynchophorus sp.). buat serangan lihai, menerbitkanribuan tumbuhan kelapa dapat binasa. 
Dari sekian banyak penyigian di daerah-daerah daat ditentukan, bahwa pohon-pohon kelapa yg berkembang pada penyingkiran sampah, binasa hingga 60%, meskipun 20-90% cuma sanggup dirusak dgn mahir. semakin jauh bersumber eliminasi sampah, semakin sebentar kekurangan yg diakibatkannya (Anonim, 1989).




penggarapan 
Menurut Sastrosiswojo (1983), bahwa strategi pengurusan hama berdasarkanpada system hubungan biologik di untuk ekosistem, pada factor ini factor bidang atau agroekosistem yang bermacam macam jenis jenis itu perlu dipertimbangkan. Ditambahkan pun oleh Sumarsono (1977), bahwa rahasia pengerjaan yang bagus tergantung guna pengetahuanyang berkaitan biologi dan ekologi, paling mutlak pertalian serangga hama dgn tumbuhan inang.
Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersituasi fleksibel pada menanggulangi hama yang menyerang tumbuhan. metode dan ketika perlakuan tersila bagibebagai factor yakni luas serangan atau tingkat komunitas dan elemen bidang (Anonim, 1989).
Menurut Nayar (1976) dan Kalshoven (1981), berkembangbiaknya hama ini erat kaitannya bersama kebersihan halaman ladang, maka pemberantasan hama ini mampu dilakukan bersama menaklukkan, menusuk-nusuk, atau mendeskripsikan pohon-pohon kelapa yang pepet, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 centi meter, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap membuahkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil ke luar mulai sejak lubangnya.
Penggunaan kelapa pepet yang dibiarka betul merupakan cara yang cukup efektif untuk penyelesaian hama ini. penggarapan dgn sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dgnpengerjaan tidak yaitu dgn cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga belatung yang tajir buat tegakan tertera bisa terinfeksi oleh cendawan ataupun virus (Mangoendihardjo dan Mahrub, 1989).
Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pembuatan ini lagi bisa didukung dengan memakai musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan belatung O. Rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. merupakan predator bernga, sekian tidak sedikit jenis nematoda dan cendawan terus menjadimusuh lazim tawon kelapa (Nayar, 1976).