Contoh kajian pustaka dalam pembahasan ini merupakan contoh yang diekstrak dan disimpulkan dari format laporan penelitian imiah seperti skripsi, tesis, disertasi, dan jurnal akademik. Bab atau sub bab mengenai kajian pustaka selalu melekat dalam laporan karya ilmiah, hal ini mengindikasikan signifikansi kajian pustaka dalam penulisan laporan penelitian.
Dalam laporan penelitian akademik seperti skripsi atau tesis, kualitas dari kajian pustaka tak jarang digunakan penguji untuk menilai seberapa kritis dan mendalam studi ilmiah dilakukan. Contoh kajian pustaka yang dipaparkan di sini akan berupaya ditujukan untuk memberi panduan elemen-elemen apa saja dari kajian pustaka yang perlu diperhatikan peneliti agar hasil penelitiannya dapat dinilai berkualitas.
Sebelum melangkah lebih jauh ke pemaparan contoh kajian pustaka, saya akan menguraikan beberapa poin penting yang perlu diketahui oleh peneliti dalam penulisan kajian pustaka. Pengertian singkat mengenai kajian pustaka juga perlu dibahas di awal agar pembaca lebih mudah dalam memahami contoh kajian pustaka di bagian akhir.
Kajian pustaka punya banyak nama lain. Beberapa nama yang sering disebutkan diantaranya: studi literatur, review literatur, dan kajian literatur. Laporan riset berbahasa Inggris biasanya menggunakan istilah ’literature review’. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, ’kajian pustaka’ adalah istilah yang umum dan akademis.
Peneliti Alan Bryman mendefinisikan kajian pustaka sebagai ulasan kritis terhadap hasil penelitian yang sudah eksis sebelumnya berkaitan dengan topik yang akan diteliti dan relevan dengan ide teoritis yang akan diaplikasikan. Dari pengertian tersebut kita bisa menarik poin penting, yaitu kajian pustaka dilakukan pada literatur yang berkaitan dengan topik dan relevan dengan teori yang akan kita gunakan.
Pada prinsipnya, literatur review atau kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui beberapa hal penting terkait topik atau isu penelitian yang kita angkat. Dalam dunia riset, literatur atau pustaka yang sudah ada merupakan salah satu elemen yang penting. Ketika kita ingin meneliti topik atau isu tertentu, kita harus membaca beberapa literatur yang berhubungan dengan topik sebelum bergerak lebih jauh.
Pentinganya Baca Contoh Kajian Pustaka
Menurut Alan Bryman, beberapa poin penting mengapa kita harus membaca literatur yang sudah eksis adalah karena kita perlu mengetahui:
* Apa yang sudah diketahui tentang topik yang akan kita teliti.
* Apa konsep dan teori yang sudah diaplikasikan dalam membahas topik penelitian yang akan kita lakukan.
* Apa metode penelitian yang sudah pernah diterapkan dalam mengkaji topik tersebut.
* Apa saja kontroversi yang berkaitan dengan topik dan bagaimana hasil studi tersebut muncul
* Jika ada, apa saja temuan penelitian yang saling bertolak belakang.
* Siapa saja peneliti yuang sudah pernah melakukan penelitian terkait topik yang akan kita teliti.
Banyak topik penelitian yang sudah memiliki tradisi riset sebelumnya. Maksudnya adalah sudah ada orang yang membahas topik yang akan kita teliti meskipun tidak harus sama persis pendekatannya. Sebagai contoh, kita akan melakukan penelitian tentang tradisi merantau orang Minang. Kita bisa menemukan beberapa literatur yang berkaitan tentang tradisi minang atau tradisi merantau pada umumnya. Penelitian seperti contoh itu sudah banyak jumlahnya sehingga bagaimana melakukan kajian pustaka secara sistematis lebih sering menjadi konsen ketimbang bagaimana mengumpulkan literatur.
Mahasiswa atau peneliti pada umumnya tak perlu mengkaji atau mereview literatur yang sangat banyak jumlahnya. Hal yang paling krusial dalam melakukan kajian pustaka adalah bagamana peneliti mengumpulkan, membaca, dan mengulas secara kritis beberapa literatur kunci berupa artikel atau buku atau lainnya serta mengetahui siapa figur kunci yang menghasilkan literatur yang kita review.
Sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya, sangat krusial mengetahui apa yang sudah diketahui. Dengan melakukan kajian pustaka, kamu tak hanya bisa menentukan petanyaan penelitian dan teori, namun juga bisa menghubungkan pertanyaan penelitian, temuan, diskusi teoritis yang kamu aplikasikan dengan literatur yang sudah ada sebelumnya. Secara imajiner kamu seperti berdialog dengan peneliti atau penulis lain yang membahas topik yang berkaitan denganmu.
Perlu dicatat bahwa kajian pustaka bukan sekadar ringkasan atau resume hasil penelitian sebelumnya, terapi juga ulasan kritis terhadap pustaka yang sudah ada. Tentunya ulasan kritis tersebut tidak harus mendalam dan ekstensif. Apa yang penting dari ulasan kritis tersebut adalah kamu mampu menilai apa signifikansi literatur tersebut terhadap penelitianmu. Misalnya, kamu menulis rumusan masalah yang belum disinggung dalam pustaka yang kamu kaji. Berikutnya, langsung kita membahas kajian pustaka melalui contohnya.
Contoh Kajian Pustaka Sederhana
Beberapa contoh kajian pustaka di bawah ini semoga dapat membantu pembaca dalam menulis bab tentang studi literatur. Contoh kajian pustaka ini merupakan potongan dari keseluruhan pembahasan yang ditampilkan sekadar untuk membantu pemahaman saja.
Misalnya, penelitian tentang ”Konsep ‘diri’ dalam budaya pop digital: Konsekuensi menjadi terkenal di Youtube” oleh Daniel R. Smith. Paragraf yang bisa dijadikan contoh kajian pustaka adalah sebagai berikut:
> Pendefinisian tentang ’diri’ melalui data digital telah menjadi konsen sosial dan politik baik bagi ilmuwan sosial maupun publik secara umum (Lupton, 2016; Gerlitz dan Lury, 2014; Giroux, 2015; Pasquale, 2015). Sosiolog telah melakukan mapping terhadap teritori kajian budaya pop digital (Beer dan Gane, 2008: Beer dan Burrows, 2013) dan berpendapat bahwa dalam ’data kehidupan sosial yang baru’ kita perlu memahami bagaimana ’sirkulasi data mempengaruhi performa subjektivitas dan pengalaman hidup sehari-hari’. (Beer dan Burrows, 2013: 68)
Kajian pustaka tentunya tidak ditulis dalam satu paragraf. Tapi dari contoh di atas kita sudah bisa ketahui bahwa topik penelitian penulis adalah tentang ’konsep ’diri’ dalam budaya pop digital’. Beberapa literatur yang digunakan dalam kajian pustaka bisa kita temukan dari nama-nama yang disebutkan. Sebagai contoh, Lupton, 2016. Tentu kita harus merujuk pada referensi artikel tersebut untuk lebih jelasnya. Lupton adalah pakar sosiologi digital. Di sini kita bisa asumsikan bahwa Smith telah membaca literatur Lupton yang topiknya memiliki signifikansi dengan topiknya tentang budaya pop digital.
Contoh lain, misalnya kita akan melakukan penelitian tentang ’Tranformasi kultural masyarakat Jawa abad 21 di sebuah desa di Jawa Timur’. Dalam kajian pustaka, kita bisa mengulas secara kritis penelitian yang dilakukan oleh Cliffort Geertz, misalnya. Sebagaimana kita ketahui, Geertz telah melakukan penelitian etnografis di Jawa Timur selama puluhan tahun. Buku Geertz bisa menjadi salah satu rujukan kunci.
Pada intinya, bab kajian literatur akan memberi tahu pembaca atau bahkan penguji sudah sejauh mana peneliti mengetahui dan memahami topik penelitian sebelum penelitiannya itu mendapatkan hasil.