Wisata Alam Jelajah Lombok Goa Sumur/Bat Cave, Selong Selo Resort dan Bukit Batu Idung - Gua Sumur/Bat Cave Seperti yang saya tulis sebelumnya, sebab datang kepagian dan tidak terdapat cahaya matahari masuk jadi kami pulang lagi ke Gua Sumur setelah mendatangi Pantai Mawi dan Pantai Semeti. Dari Pantai Semeti pulang lagi ke arah Pantai Kuta mengekor jalur lingkar pulau. Sampai di parkiran lantas jalan sebentar mengarah ke rumah penjaga gua yang tepat sedang di sebelah kanan mulut gua.
Di lokasi tinggal jaga tertulis tiket masuk ke gua Rp. 50.000, saya tidak cukup tahu apakah ini tiket masuk guna wisatawan lokal atau asing sebab kebetulan yang jaga ini ialah temannya Santi. Jadi intinya saya dan Revan tidak bayar, apakah cuma-cuma atau dibayarin sama Santi hahahha.
Sudah terdapat guide yang menantikan kami dan mengantar ke gua. Harap disalin bahwa gua di sini bukan laksana gua yang pintunya sedang di sisi bukit tetapi berada di atas tanah, jadi serupa mulut sumur makanya nama gua ini ialah Gua Sumur. Bagi turun ke dasar gua, kami melalui tangga yang diciptakan dari kayu yang dirangkai sedemikian rupa. Lumayan deg-degan dan untungnya tidak terlampau tinggi melulu sekitar 5-6m. di bawah telah ada sejumlah pengunjung lain tetapi tidak sejumlah lama kami di bawah mereka berlalu kemudian melulu tinggal kami berempat.
Di bawah kami sedang di ruang melingkar dengan diameter selama 20m dan ada lorong gua yang gelap dan bukan trek guna pengunjung. Tujuan utama pengunjung datang ke sini ialah menikmati gejala ‘Ray of Light (ROL)’ yakni bias cahaya matahari yang melalui area gelap melewati celah dan menyusun garis. Dan titik jatuh matahari sedang di mulut gua dan satu lagi lobang yang lumayan besar. Dan ROL ini hadir tergantung posisi matahari dan dapat berubah. Bagi hari ini ROL hadir antara jam 11.00-jam 15.00. melulu saja, guna menguatkan bias ini dapat mengguakan asap (salah satu trik fotografi). Dan guide kami telah siap dengan menghanguskan ranting guna menghasilkan asap.
Setelah bias cahaya yang masuk tampak kuat, kami dapat berfoto di dalam cahaya ini. Supaya lebih bagus, tingkat penjelasan (brightness) di HP dapat di atur dengan menurunkannya sampai-sampai latarnya dapat terlihat gelap. Titip kesayangan untuk menemukan ROL di goa ini ialah bukan dari mulut goa lokasi kami turun tapi ialah lobang yang berada tepat di tengah goa yang berdiameter selama 2m. Selain tersebut juga ada ROL di dekat tangga turun. Di sini pun di sediakan properti berupa payung yang dapat dipakai oleh pengunjung guna berfoto.
Oh iya, sekitar di goa kami tidak mengejar kelelawar meskipun ada terhirup bau belerang (kotoran kelelawar), barangkali kelelawar ini telah tidak ada sebab semakin ramainya lokasi ini atau pun juga sedang di lorong goa yang gelap.
Lewat tengah hari kami naik dan ngobrol sebentar di saung, membual sambil merasakan garis pantai nun jauh di depan. Juga tampak perbukitan yang mulai berakhir di tambang, bercita-cita semoga goa ini tetap laksana ini dan tidak bermukim sejarah.
Pemberentian di Selong Selo Resort
Tujuan utama kami ke Selong Selo ialah menikmati santap siang dan kebetulan ialah tempat Santi bekerja. Resort ini ialah resort khusus dengan villa-villa yang sedang di perbukitan yang menghadap ke Pantai Selong Belanak. Juga ada empang outdoor yang menghadap ke pantai. Dengan pemandangan yang di tawarkan, gak salah tidak sedikit artis-artis yang berlibur ke Lombok menginap di sini.
Dan sembari menantikan makanan siap dihidangkan, tidak terdapat salahnya berfoto di spot-spot selama restoran berupa taman dan empang renang yang pasti saja view nya menghadap ke Pantai Selong Belanak. Setelah hidangan datang dengan menu tradisional (sesuai pesanan) kami menikmati santap siang. Setelah tersebut istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke Batu Idung untuk merasakan matahari terbenam. Begitu menunaikan bill, yeayyy lumayan bisa diskon 50% hehehe.....
Bukit Batu Idung Yang Sempat Viral
Batu Idung atau Bukit Batu Idung ini sedang di perbatasan wilayah Lembar dan Gerung-Lombok Barat. Lembar dikenal sebagai pelabuhan penyeberangan ke Bali atau kota-kota di NTB-NTT. Jadi tidak terlampau sulit sebetulnya untuk menuju tempat ini, lumayan arahkan kendaraan ke Pelabuhan Lembar, kira-kira 8km nanti terdapat pertigaan menginjak jalan desa dan nantinya bakal ada pertigaan lagi ke arah kanan dan hingga di sini situasi jalan telah mendaki. Jalannya cukup kecil, berbelok-belok mendaki sampai sampai di suatu gapura sederhana tuntunan ke Batu Idung. Dari jalan raya Pelabuhan Lembar ke sini dapat tanya-tanya ke warga lokal supaya tidak nyasar.
Kira-kira 50 hingga di lokasi tinggal penduduk lantas parkir. Di sini tidak terdapat tiket masuk, melulu bayar tiket sekilasnya saja yang kami beyar sesudah turun dari Batu Idung.
Dari parkiran lantas kami trekking melalui kebun masyrakat. Makin lama situasi jalan semakin naik yang lumayan menguras tenaga dan keringat. Jalannya berupa jalan tanah jadi dapat ditebak bila musim hujan bakal becek dan musim panas begini menjadi berdebu. Kira-kira 20 menit trekking akhirnya hingga ke puncak bukit.
Ternyata puncak bukitnya bertolak belakang sekali dari yang saya bayangkan. Saya mengira melulu ada batu-batu dan pepohonan ternyata di sini telah di kelola dengan bagus dan rapih.di sepanjang sisi tebing diberi pagar dan diciptakan jalan setapak paving block. Juga terdapat taman dengan spot-spot selfie yang pasti saja gratis. Terdapat pun warung yang menjual ragam makanan dan minuman enteng yang harganya normal laksana warung-warung yang terdapat di bawah.
Di puncak bukit ini kita dapat melihat sekeliling, 360 derajat. Ke arah barat kita dapat melihat laut dan garis pantai sepanjang Sekotong, di bagian unsur utara terlihat perbukitan dengan perkampungan penduduk, di arah kebalikannya terlihat bukit-bukit berlapis yang diselang-selingi oleh perkampungan penduduk. Karena posisinya ini, Batu Idung dijadikan spot untuk menyaksikan matahari terbenam/sunset dan matahari terbit/sunrise.
Di sebelah kanan ada batu yang menonjol yang berwarna kecoklatan, dan bila disaksikan dari bawah bakal terlihat laksana hidung, makanya bukit ini diberi nama Bukit Batu Idung. Di batu ini pengunjung dapat berfoto-foto, tapi mesti hati-hati sebab tidak terdapat pagar pengaman dan langsung berhadapan dengan jurang.
Sambil menantikan matahari terbenam, kami memesan makanan dan minuman ringan.sementara tersebut ada sejumlah pengunjung memasang tenda guna berkemah. Hanya saja saya tidak menyaksikan toilet di sini (saya tidak tahu apakah terdapat toilet di warung). Setelah menantikan akhirnya matahari tenggelam menhasilkan semburat keemasan. Walaupun tidak sepurna karena tidak sedikit awan tetapi berada di lokasi yang indah, semuanya bakal terlihat indah. Sebelum gelap kami pulang turun sebab tidak terdapat penerangan disepanjang jalan.
Sebelum penginapan kami mampir ke suatu rumah santap yang memasarkan Sate Rembiga, di antara makanan khas Lombok. Sate ini serupa dengan Sate Maranggi khas Purwakarta dengan memakai daging sapi dan bumbu yang manis pedes. Dan kebetulan lokasi yang kami datangi paling terkenal sampai-sampai pengunjungnya paling ramai. Ya begitulah Lombok, dengan pemandangan yang estetis dan makanan yang enak...!!!