Apa Itu Sosiopat Dan Bagaimana Cara Mengenalinya

Apa Itu Sosiopat Dan Bagaimana Cara Mengenalinya
pixabay.com

Apa Itu Sosiopat - Sosiopat adalah istilah yang kerap dipakai oleh orang awam untuk menggambarkan seseorang yang condong menyendiri dan tak rela bersosialisasi. Dalam dunia kedokteran, istilah ini disebut sebagai gangguan kepribadian antisosial.Istilah sosiopat sendiri telah kerap digunakan didalam bermacam sifat di film dan bahkan seringkali digunakan sebagai bahan ejekan. Padahal sebenarnya, gangguan sosiopat adalah suasana kejiwaan yang tidak boleh diremehkan.

Sosiopat adalah istilah yang mengacu pada prilaku dan sikap antisosial. Penyebab sosiopat belum diketahui secara pasti. Namun, prilaku ini dianggap terbujuk oleh aspek genetik dan pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak.

Perilaku dan sikap antisosial yang tersedia pada seorang sosiopat bukanlah sikap “ansos” yang kerap digunakan untuk menyebut orang yang tidak rela bergaul dan bahagia menyendiri.

Sikap antisosial di sini adalah sikap tidak rela mematuhi peraturan sosial yang berlaku di lingkungan sekitarnya atau di mana pun. Namun, pelanggaran yang dilakukan sosiopat tetap berwujud pelanggaran kecil yang tidak memicu bahaya serius, tidak layaknya pada psikopat.

Sosiopat atau gangguan kepribadian antisosial kerap kali diakui sama bersama dengan psikopat. Padahal kenyataannya, ke dua 2 istilah ini adalah gangguan kepribadian yang berbeda. Seorang psikopat adalah orang yang kerap laksanakan kekerasan secara fisik dan memasang orang lain didalam bahaya.

Semua psikopat adalah antisosial, tetapi tidak semua antisosial adalah psikopat. Psikopat merupakan bentuk gangguan kepribadian antisosial yang telah parah. Untuk menegaskan apakah seseorang bisa dikatakan sosiopat, wajib pemeriksaan psikologis dari psikolog atau psikiater.

Mengenali Ciri dan Tanda Sosiopat

Seseorang bisa dianggap sebagai sosiopat jika berusia sedikitnya 18 th. dan menunjukkan 3 dari 7 tanda berikut:
  1. Tidak menghormati norma atau hukum sosial, agar secara berkesinambungan melanggar hukum atau melampaui batas sosial
  2. Berbohong, menipu orang lain, mengfungsikan identitas palsu atau nama panggilan, dan mengfungsikan orang lain untuk keuntungan pribadi
  3. Kesulitan memicu perencanaan hidup didalam jangka panjang dan kerap berperilaku tanpa mengayalkan konsekuensi
  4. Menunjukkan prilaku agresif
  5. Tidak mempertimbangkan keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang lain
  6. Tidak miliki rasa tanggung jawab privat atau profesional, seumpama tidak membayar tagihan pas selagi atau ada problem bertahan didalam suatu pekerjaan
  7. Tidak merasa bersalah atau menyesal telah menyakiti orang lain
  8. Selain itu, tanda atau ciri lain yang menunjukkan gangguan kepribadian antisosial pada sosiopat adalah tetap mengabaikan mana yang benar dan salah, tidak atau jarang menunjukkan empati, mencuri, impulsif, dan manipulatif.


Namun, wajib diingat bahwa diagnosis sosiopat cuma diberikan dikala gejala atau tanda-tanda sifat di atas berjalan pada seseorang didalam selagi yang lumayan lama, berulang kali, dan tidak berubah-ubah. Jadi, seseorang yang menunjukkan tidak benar satu prilaku di atas tidak bisa langsung dicap sebagai seorang sosiopat.

Penyebab dan Faktor Risiko Seseorang Menjadi Sosiopat

Penyebab pasti gangguan kepribadian antisosial hingga saat ini belum diketahui, tetapi barangkali besar bisa disebabkan oleh lebih dari satu perihal berikut ini:

Gen

Ciri-ciri kepribadian khusus bisa diturunkan oleh orang tua melalui gen. Oleh sebab itu, jika seseorang miliki bagian keluarga yang menderita sosiopat atau gangguan kepribadian lainnya, kemungkinannya untuk menderita gangguan kepribadian antisosial dapat lebih besar.

Lingkungan

Banyak pakar mengutarakan bahwa munculnya prilaku sosiopat juga bisa disebabkan oleh aspek lingkungan, layaknya riwayat pola asuh dari keluarga yang tidak baik atau perihal traumatis sepanjang masa kanak-kanak, layaknya pelecehan seksual, fisik, emosional, atau penelantaran.

Selain itu, kehidupan keluarga yang tidak stabil, keras, atau kacau sepanjang masa kanak-kanak juga bisa meningkatkan risiko seseorang jadi sosiopat.

Bisakah Hidup Berdampingan bersama dengan Sosiopat?

Secara umum, sosiopat tetap bisa hidup bersama dengan orang lain, walaupun kerap kali mereka mengalami ada problem untuk membentuk hubungan yang sehat. Namun, lebih dari satu sosiopat barangkali bisa menjalin hubungan bersama dengan orang lain yang miliki anggapan sama bersama dengan pemikirannya.

Jika tersedia pertanyaan mana yang lebih beresiko antara sosiopat bersama dengan psikopat, lebih dari satu besar pakar menjawab psikopat lebih berbahaya. Hal ini sebab psikopat tidak miliki emosi atau hati nurani sama sekali selagi laksanakan tindakan, bahkan tindakan yang benar-benar buruk atau mengerikan.

Berbeda bersama dengan psikopat, sosiopat yang tetap miliki hati nurani walaupun sedikit. Namun, pada dasarnya, keduanya tetap berpotensi membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain.

Seorang sosiopat wajib mendapat pemeriksaan dan penanganan dari psikiater atau psikolog. Kondisi ini dapat ditangani berdasarkan tingkat keparahan gejala atau gangguan prilaku yang muncul.

Pada masalah yang ringan, gangguan kepribadian sosiopat bisa ditangani bersama dengan psikoterapi saja. Namun, seumpama kasusnya berat, dokter dapat berikan psikoterapi dan pengobatan untuk menjauhi prilaku impulsif yang bisa membahayakan dirinya dan orang sekitar.

Berikut lebih dari satu sifat seorang sosiopat yang wajib diketahui:

1.Acuh dan Tidak Peduli Orang Lain

Karakter seorang sosiopat umumnya telah bisa nampak sejak remaja hingga dewasa. Mereka miliki sifat acuh dan tidak pikirkan bersama dengan orang lain. Termasuk soal keselamatan, kebutuhan, dan perasaan orang lain, yang penting dirinya baik-baik saja. Itulah sebabnya tak jarang di film-film seorang sosiopat dilukiskan sebagai orang jahat yang mencelakai orang lain demi kepentingannya sendiri. 

Seorang sosiopat juga condong tidak miliki rasa malu, penyesalan, dan empati. Akibatnya, mereka tidak bisa menjaga hubungan dekat bersama dengan seseorang, meski tidak memicu masalah. Dalam kehidupan seksual, seorang sosiopat juga lebih bahagia hubungan sesaat, layaknya cinta satu malam yang alakadarnya dan tidak didasari perasaan. 

2.Ego yang Sangat Besar

Tak cuma pengidap gangguan narsistik saja yang miliki ego besar, seorang sosiopat pun begitu. Ego, kesombongan, dan keegoisan mereka yang besar membuatnya benar-benar perlu dikagumi oleh orang lain terus-menerus. Mereka dapat tetap menganggap dirinya yang paling baik dan pusat dunia, agar tidak dapat rela jika disalahkan atas kesalahannya sendiri. 

3.Manipulatif

Untuk memicu keinginannya tercapai atau sekadar bersenang-senang, seorang sosiopat bisa laksanakan apa saja. Mereka barangkali nampak cerdas dan tenang, padahal sesungguhnya miliki maksud tertentu. Kecenderungan manipulatif yang dimiliki seorang sosiopat ini memicu sulit bagi orang awam untuk membedakan mana yang jujur dan yang dusta dari perkataannya. 

4.Senang Melanggar Hukum

Seorang sosiopat itu bukan cuma tidak pikirkan bersama dengan orang lain, tetapi juga norma dan peraturan yang diberlakukan di lingkungannya. Mereka kerap laksanakan perihal impulsif, mudah marah, dan agresif. Itulah sebabnya seorang sosiopat kerap terlibat didalam perkelahian fisik atau penyerangan pada orang lain. Seorang sosiopat juga tidak bisa bertanggung jawab atas tingkah laku dan kewajibannya, layaknya didalam konteks pekerjaan. 

Apa beda sosiopat dan psikopat?

Hal utama yang membedakan psikopat dan sosiopat adalah tersedia tidaknya hati nurani. Sosiopat masi miliki perasaan ini meski benar-benar minim, namun psikopat sama sekali tidak memilikinya.Poin perbedaan ke dua adalah sosiopat condong bertindak spontan (impulsif) dan psikopat yang penuh perhitungan.Seorang sosiopat kerap laksanakan suatu hal tanpa pikir panjang. Akibatnya, mereka juga kerap ketahuan melanggar peraturan.Tapi lain ceritanya bersama dengan psikopat. Seorang psikopat tetap mempertimbangkan semua langkahnya bersama dengan kepala dingin. Mereka dapat mengfungsikan cara yang lebih halus (bahkan menawan) untuk menipu korbannya, agar korban tidak sadar jebakan tersebut.